MANDAILING NATAL (SUMUT) Liputan-6.com –
Pada pelaksanaan kegiatan Pos yandu di desa kampung Baru Kecamatan Lingga Bayu yang dilaksanakan pada hari Kamis (13/06/2024) camat Lingga Bayu nampak ikut turun ke lapangan.
Dalam maraknya persoalan stunting dan gizi buruk di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara termasuk salah satunya di desa Kampung Baru di Kecamatan Lingga Bayu dalam satu bulan terakhir ini sudah terdapat dua orang balita yang mengalami gizi buruk.
Dalam hal ini Pihak Pemerintah Kecamatan Lingga Bayu dibawah naungan Forkopincam Pada Kamis (13/06/2024) laksanakan acara lokakarya di desa Kampung Baru Kecamatan Lingga Bayu yang diselenggarakan di Kantor Kepala Desa Kampung Baru yang dihadiri seluruh ibu – ibu yang memiliki Balita di desa Kampung Baru.
Terpantau pada kegiatan tersebut di hadiri semua aparatur Desa Kampung Baru Kepala Desa Muhammad Rizki Martua Lubis S.IP dan seluruh perangkat dan ibu PKK sedangkan dari pihak Kecamatan Camat Lingga Bayu Edy Ikhsan Lubis S.H, yang di dampingi Kasi Rantib Amrin Lubis S.sos,Babinsa Sertu Kholis Nasution, Serda Harun Lukman Lubis, dr.Lilah batubara, Bidan Bidang gizi Halimah, dan Aflizar Parna A.Md.Gz NS (Nusantara Sehat), dan juga beberapa orang pegawai UPTD . BKKBN Kecamatan Lingga Bayu dan Pendamping Desa Adi Anto.
Sementara Camat Lingga Bayu dalam pemaparannya lebih mengarah kan penekanan kepada Kepala desa dan bidan Desa untuk lebih memperhatikan warganya mengatakan,” Kehadiran saya disini sebagai Camat mengingat dalam bulan ini sudah ada dua orang anak balita yang tercatat anak gizi buruk dari dalam hal ini dimintak kepada masyarakat agar tetap rutin membawa dan memeriksakan anak balita nya ke pos yandu dan begitu juga bagi masyarakat yang memiliki penyakit yang sudah menahun dalam hal ini saya minta juga kepada kepala desa dan bidan desa agar lebih jeli dengan kondisi kesehatan masyarakat dan buatkan data nya, dan kepada kepala desa dan bidan desa dan kader agar tetap saling berkoordinasi begitu juga dengan masyarakat apalagi disini masih banyak saya dengar ada yang memiliki jumlah anak nya lebih dari pada sepuluh orang dalam satu keluarga,” jadi u haropkon tu para umak umak ulang asal namaranak tapi pikir kon juo do kesehatan dohot pendidikan ni daganak i bope bahat anak bahat rasoki na tapi dohot kondisi songon susah ni ngolu wajib Ita pikirkon kata camat dalam bahasa Mandailing,” jadi saya berharap kepada ibuk ibuk jangan sembarang asal beranak aja tetapi kita pikirkan juga mengenai kesehatan dan pendidikan nya walaupun banyak anak itu banyak rezekinya,” ujar camat.
Sementara itu Aflizar Parna A.Md Gz sebagai yang membidangi Gizi dari NS (Susantara Sehat) dalam penyampaiannya mengatakan yang menjadi titik persoalan ,” Yang menjadi permasalahan utama yaitu kurang nya minat masyarakat dalam mengunjungi kegiatan posyandu dikarenakan kurangnya fasilitas umum yang ada di posyandu seperti bangku tunggu dan juga lokasi yang sempit, kami dari pihak puskesmas memohon supaya kepala desa dapat menyisihkan anggaran kesehatan yang ada di desa supaya dapat melengkapi fasilitas posyandu seperti menyediakan bangku tunggu dan taman bermain anak supaya masyarakat lebih aktif ke posyandu,” ujarnya.
( M.SN )